Sabtu, 11 Desember 2010

Memahami Dualitas dan Non-dualitas


Oleh : John Kabatt Zinn

Sang Buddha pernah mengatakan pada kita bahwa ketika kita mampu melampaui dualitas, kita akan jelas melihat bahwa ada sesuatu yang nyata. Tapi yang tidak nyata itu tidak bertentangan dengan yang nyata. Apa yang tidak nyata hanya tidak nyata. Ini adalah di luar realitas, terpisah dari realitas. Tapi itu bukan dan tidak dapat bertentangan dengan realitas. Sesuatu yang nyata tidak dapat memiliki lawannya.

Tidak ada yang bisa mengancam yang nyata.
Dengan demikian, langkah pertama pada jalan spiritual adalah untuk melampaui dualitas. Dan itulah yang dinyatakan Yesus begitu indah ketika ia berkata, “Carilah dahulu kerajaan Tuhan  dan KebenaranNya.” Carilah pertama kali “kebenaran” tertinggi Tuhan. Ini juga yang dinyatakan oleh sang Buddha dalam definisi delapan jalur kebenaran Buddha. Banyak umat Buddha telah salah menafsirkan delapan jalur kebenaran ini dan percaya bahwa hal itu dapat didefinisikan dalam istilah manusia. Seperti, apa itu mata pencaharian yang benar. Apa itu tindakan yang benar. Apa itu berpikir yang benar. Apa itu hubungan yang benar dan sebagainya.
Tapi kita lihat, definisi sejati dari delapan jalur kebenaran adalah bahwa kita harus berusaha mencapai “kebenaran” dari Tuhan yang berada melampaui dualitas. Tapi bagaimana Anda bisa meraih kebenaran tersebut, kebenaran yang lebih tinggi? Kita dapat melakukannya hanya ketika kita menyadari kebenaran mulia bahwa segala sesuatu yang muncul dari dualitas akan menyebabkan penderitaan, dan bahwa penyebab penderitaan kita adalah keinginan kita yang salah yang didasarkan pada kemelekatan kita terhadap hal-hal duniawi, baik itu kesenangan duniawi atau keinginan untuk menjadi benar dalam arti manusia dan merasa bahwa kita lebih baik dari mereka yang kita definisikan sebagai salah karena mereka berbeda dari Anda atau memiliki pandangan yang berlawanan dari kita.
Ada banyak sekali orang di planet ini yang menghabiskan seluruh hidup mereka dengan berusaha untuk menunjukkan keunggulan dan merasa lebih baik daripada yang lain. Mereka selalu melihat diri mereka selalu dalam persaingan dengan orang lain dan ini terjadi mulai dari orang yang biasa hingga yang berkedudukan tinggi, seperti kata pepatah, hidup adalah perjuangan, untuk memiliki rumah yang lebih baik, mobil yang lebih besar dan barang-barang material yang lebih banyak. Dan itu juga terjadi hingga pada elite kekuasaan yang ingin memiliki kekuasaan lebih dari orang-orang lain dalam kelompok-kelompok elite kekuasaan lain dimana mereka saling membandingkan diri mereka sendiri.
Kita dapat menghabiskan seumur hidup kita melakukan pencarian yang tidak masuk akal untuk mencari sesuatu dianggap benar oleh kebanyakan orang. Atau kita dapat mencapai realitas dari kebenaran Tuhan. Namun untuk meraih kebenaran Tuhan kita harus bersedia untuk secara sadar dan sengaja memilih untuk melepaskan kemelekatan kita untuk hal-hal di dunia materi. Selama kita melekat pada kebenaran orang lain, untuk menjadi populer atau tidak ingin dilihat sebagai orang tidak berguna atau diejek untuk keyakinan, gaya hidup atau tindakan kita, selama kita melekat pada apa pun, pada setiap penampilan kita di dunia ini, untuk berdiri di antara manusia lain, maka kita tidak akan bebas untuk memahami kebenaran yang lebih tinggi dari Tuhan atau untuk mengekspresikan kebenaran itu.
Buddha telah mengajarkan pada kita 2.500 tahun yang lalu, bahwa ketidakmelekatan adalah kunci untuk ketenangan pikiran. Dan ajaran ini adalah benar. Ini adalah ajaran abadi. Ini adalah ajaran kekal. Namun seperti juga Yesus telah tunjukkan pada kita, tidak ada ajaran yang dinyatakan dalam kata-kata yang didasarkan pada ego manusia. Apa pun yang dinyatakan dalam kata-kata tersebut banyak didasarkan oleh pikiran dualistik dan ditafsirkan sesuai dengan ekstrim ini atau ekstrim itu atau bahkan konsep palsu Jalan Tengah sebagai sesuatu yang benar di antara dua ekstrem dualistik.
Bahkan konsep Jalan Tengah dapat disalahartikan. Karena sesungguhnya, Buddha tidak pernah menyuruh orang untuk datang ke titik tengah antara dua ekstrem dualistik. Buddha mengajarkan mereka untuk melampaui seluruh skala dualitas, kesadaran yang melampaui dualitas. Dan ini adalah esensi dari ajaran Buddha. Namun untuk mengatasi dualitas kita harus bersedia melepaskan keinginan, keyakinan, kemelekatan yang muncul dari dualitas. Dan karena itu kita harus datang ke titik di mana kita lebih mencintai kebenaran Tuhan daripada kebenaran mausia.
Dan ini pada akhirnya harus menjadi keputusan sadar yang kita buat. Sesungguhnya, tidak semua orang telah siap untuk membuat keputusan itu. Tapi yang pasti sudah siap atau segera siap adalah mereka-mereka yang telah menjadi spiritual. Dan jika kita merenungkan konsep-konsep ini, kita akan datang ke titik di mana kita akan merasakan secara spontan, keinginan mendadak untuk mengalami realitas yang lebih tinggi dari Tuhan yang tiba-tiba membuat kita mudah untuk melepaskan beberapa kemelekatan kita. Dan sekali kita menyadari betapa mudahnya untuk melepaskan satu kemelekatan, kita dapat membangun sebuah momentum untuk melepaskan kemelekatan secepat kita menemukannya.
Sumber : henkykuntarto.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar